MAKALAH
PERANAN TERNAK SEBAGAI SUMBER
PANGAN HEWANI
Disusun
oleh
Nama
: Supri Mawar Jayanti
NIM
: 230 101 121 30223
Jurusan : S1 Peternakan / D 2012
FAKULTAS
PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
HALAMAN PENGESAHAN
Makalah dengan judul “ PERANAN TERNAK SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI
“ ini telah disahkan dan disetujui oleh dosen pembimbing.
Semarang, 24
oktober 2012
Pembimbing
Ir.
Warsono Sarengat, M.S
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
makalah dengan judul “PERANAN TERNAK
SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI “ dapat terselesaikan. Adapun maksud dan
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengikuti ujian tengah semester.
Makalah
ini tidaklah mungkin diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari pihak-pihak
lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu , penulis
mengucapkan rasa terimakasih kepada Ir.
Warsono Sarengat, M.S , selaku dosen pembimbing mata kuliah Pengantar Ilmu dan Industri Peternakan ,serta
teman-teman kelas D 2012, dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
per satu yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.
Penulis
juga menyadari bahwa tulisan yang tersusun dalam makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, sebagai manusia, penulis membuka diri untuk
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Akhir
kata, penulis mengucapkan terimakasih atas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu sehingga makalah ini bisa cepat terselesaikan. Dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang,
24 Oktober 2012
Penulis,
Supri Mawar Jayanti
NIM.
23010112130223
BABI
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang Masalah
Banyak
masyarakat yang belum memahami , bahwa ternak merupakan sumber pangan
hewani yang sangat dibutuhkan sebagian
atau bahkan keseluruhan masyarakat. Kualitas ternak yang sehat merupakan pilihan
nomor satu masyarakat untuk menunjang kebutuhan pangan mereka menuju empat
sehat lima sempurna. Sumber makan yang berasal dari ternak diantaranya, daging,
telur, susu, serta bahan makanan olahan lainnya.
Jumlah
penduduk dunia yang semakin bertambah, maka bertambah pula kebutuhan masyakat
akan bahan makanan hewani yang bersumber utama pada peternakan. Dengan begitu,
kesadaran masyarat akan pentingnya peternakan turut meningkat pula.
1.2.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas Pengantar Ilmu dan Industri
Peternakan (PIIP) dan untuk syarat tiket masuk ujian tengah semester mata
kuliah PIIP.
BAB II
DASAR TEORI
Sumber
pangan hewani yang mengandung protein hewani berfungsi untuk kecerdasan anak
terutama untuk anak “balita” atau bawah lima tahun. yang mulai populer setelah
muncul persoalan tentang peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus
bangsa. Persoalan tersebut bukannya tanpa bukti. Salah satu bukti akan
kebenarannya dapat dilihat dari pengamatan Monckeberg (1971) tentang hubungan
antara tingkat konsumsi protein hewani pada anak-anak prasekolah dengan
frekuensi kejadian defisiensi mental secara keseluruhan, sebab faktor bakat
juga berperan dalam perwujudan seseorang. Informasi yang penting dari
pengamatan tersebut ialah bahwa konsumsi protein hewani yang rendah pada
anak-anak prasekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi
subnormal bahkan defisien .
Selain
untuk kecerdasan, protein hewani sangat dibutuhkan untuk daya tahan tubuh.
Contoh yang menarik adalah hasil pengamatan Shiraki (1972) yang membuktikan
peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemia tau lesu darah pada
orang –orang yang menggunakan otot kerja keras. Gejala anemi tersebut dikenal
dengan istilah “sports anemia”, dan dapat dicegah dengan konsumsi protein yang
tinggi (Pengembangan Peternakan di
Indonesia: Model, Sistem, dan Perananya. Kata pengantar: vi-ix).
Dua
contoh peranan protein hewani yang dipaparkan diatas, cukup untuk menggolongkan
protein hewani sebagai zat gizi yang “indispensable”.
Ciri
khas dari protein hewani ialah kelengkapan asam amino yang terkandung
didalamnya dan tingginya nilai hayati dari protein tersebut. Jadi, makin tinggi
nilai hayati dari suatu bahan pangan makin banyak pula zat N dari protein
tersebut yang dapat dimanfaatkan untuk pembentukan protein tubuh. Dari ssemua
bahan pangan, nilai hayati yang tertinggi dimiliki oleh telur (94-100). Hampir
semua pangan yang berasal dari ternak memiliki nilai hayati 80 keatas. Oleh
karena itu konsumsi protein hewani tidak perlu tinggi karena yang dikonsumsi
paling tidak 80% terpakai oleh tubuh.
Rekomendasi
dari Widya Karya Pangan (LIPI) mengatakan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan
rata-rata 50 gram protein/hari, 20% diantaranya bersal dari ternak dan ikan.
Direkomendasikan pula protein berasal dari ternak cukup 4gram/hari, ikan 6
gram/hari sedangkan nabati 40gram/hari. Namun sampai tahun 1986 konsumsi
protein berasal dari ternak baru mencapai 2,56 gram/hari. Mengapa angka
4gram/kapita/hari sulit dicapai?
Kesulitan
mencapai standart kecukupan gizi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Ø Mahalnya
harga pangan yang berasal dari ternak diukur dari rata-rata pendapatan sebagian
besar masyarakat Indonesia
Ø Tidak
meratanya tingkat ketersediaan daging, susu, dan telur di seluruh penjuru tanah
air
Ø Pengaruh
kemampuan produksi dalam negeri terhadap konsumen protein hewani
Ø Selera
selektif dari masyarakat Indonesia (tidak berdasarkan agama)
BAB III
PERMASALAHAN
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini
diantaranya:
3.1. Apa
sajakah bahan makanan ternak yang mengandung protein hewani?
3.2. Apa
sajakah manfaat protein hewani?
3.3. Berapa
besar tinggkat konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia?
3.4. Apa akibat
dari kekurangan protein hewani?
3.5. Apa saja
peranan ternak sebagai sumber pangan hewani?
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Bahan
Makanan Ternak yang Mengandung Protein Hewani
Ransum ternak
unggas juga menggandung bahan makanan yang bersal dari hewan yang dapat dipakai
sebagai sumber protein. Kandungan asam-asam amino bahan makanan hewani lebih
komplit dibandingkan dengan asam-asam amino pada bahan makanan sumber protein
nabati, sehingga cukup untuk menyokong pertumbuhan ternak unggas. Beberapa
bahan makanan hewani sumber protein yang biasa dipakai dalam ransum unggas
antara lain :
4.1.1. Tepung Ikan
Tepung
ikan bersal dari pengolahan ikan yang telah diambil minyaknya atau dari ikan
utuh. Ikan yang biasa dijadikan sebagai tepung ikan berasal dari jenis:
menhaden, sardine, herring, salmon, dan kakap. Tepung ikan merupakan sumber
protein yang sangat baik bagi unggas karena mengandung asam-asam amino
essentials dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan unggas, terutama lisin dan
metionin. Kandungan protein ikan berkisar antara 58-72% (tergantung pada jenis
ikan) dengan ME = 2640 – 3190 kkal/kg (NRC, 1984).
Kandungan
abu tepung ikan terutama kalsium dan fosfor (P). kandungan P ini diperkirajan
tersedia bagi unggas dimanfaatkan dalam tubuh sebanyak 90%.
Nilai
nutrisi tepung ikan tergantung pada cara pengeringan, jenis ikan atau bagian
tubuh dari ikan yang digunakan, dan pengaruh oksidasi terhadap tepung ikan.
4.1.2. Tepung Daging
Tepung daging berasal dari hasil
sampingan industri daging sapi dan babi. Dari satu ton daging karkas, 300kg
terbuang sebagai produk yang tidak bisa dikonsumsi oleh manusia, dan dari
300kg, 200kg nya bias diproses lebih lanjut menjadi tepung daging untuk makanan
ternak. Tepung daging ini masih cukup baik sebagai sumber protein karena mengandung
50-55% protein kasar. Kandungan lisinnya cukup tinggi sedangkan metionin dan
sistinnya rendah. Kandungan ME nya = 1760 – 2000 kkal/kg (Scottt et al,. 1982) dan MEn = 1920 – 2000
kkal/kg (NRC, 1984). Permasalahan utama pemberian tepung daging yaitu jika ia
terkontaminasi oleh mikroba dari jenis salmonella.
4.1.3. Tepung Daging dan Tulang (Meat and Bone Meal)
Tepung daging ada pula yang bercampur dengan tulang
yang dinamakan dengan meat and bone meal (tepung daging dan tulang). Tepung
daging dan tulang ini kandungan mineralnya cukup tinggi. Disamping itu tepung
daging dan tulangnya ini juga kaya dengan Ca dan P (8 dan 4,4%
masing-masingnya). Akan tetapi, kandungan protein kasarnya lebih rendah dari
pada tepung daging, yaitu berkisar antara 45-50%.
4.1.4. Tepung Bulu Ayam
Tepung
bulu ayam telah digunakan sebagai bahan makanan ayam sejak beberapa tahun
terakhir ini. Sebelum dipakai biasanya bulu ayam diproses terlebih dahulu
melalui hidrolisis atau menggunakan otoklaf sehingga dapat meningkatkan daya
cerna protein kasarnya sampai 80%. Kandungan protein kasar tepung bulu ayam
adalah 85% dengan ME = 2310 kkal/kg (Scott et
al., 1982) dan Men = 2360 kkal/kg (NRC, 1984). Menurut Leeson and summers
(2001) kandungan ME tepung bulu ayam merupakan sumber asam aminosistin
(4,5-5,0%) yang bias dimanfaatkan sampai 60%.
4.1.5. Tepung Darah
Darah
hewan juga dapat dijadikan sebagai bahan
makanan pencampur ransum untuk unggas. Darah ini dikeringkan dan
digiling halus, sehingga menjadi tepung darah. Tepung darah menggandung 80-82%
protein kasar dan sangat baik sebagai sumber asam amino lisin ( kira-kira dua per tiga lisin dapat dimanfaatkan unggas).
Kandungan ME tepung darah = 2750 kkal/kg (Scott et al., 1982) dan MEn = 2830 – 3420 kkal/kg (NRC, 1984). Protein
tepung darah kurang dapat dimanfaatkan untuk unggas karena dalam proses
pembuatannya menggunakan suhu tinggi , sehingga asam amino leusin juga kurang
dapat dimanfaatkan.
4.1.6. Hasil Sampingan Daging Ayam (Poultry By-product Meal )
Poultry
by-product meal (PMB) merupakan hasil sampingan dalam memproses daging ayam
yang bias berupa campuran daging, jeroan, kulit dan bulu ayam, dan ada pula
yang hanya campuran daging dan jeroan ayam. PMB ini telah banyak mengandung
asam-asam lemak tak jenuh dibandingkan dengan tepung daging yang bersal dari
sapi.
4.1.7. Kotoran Unggas
Produksi
kotoran unggas cukup besar sehingga bisa mencemari lingkungan , sementara
kandungan zat-zat makanan yang ada didalamnya masih relatif tinggi. Untuk itu
kotoran ayam ini telah banyak digunakan untuk berbagai keperluan, terutama
untuk pemupukan tanaman. Kotoran unggas juga sudah biasa ditambahkan dalam campuran
ransum unggas. Biasanya sebelum ditambahkan kedalam ransum kotoran unggas ini dikeringkan terlebih
dahulu.
4.1.8. Tepung Limbah Udang
Tepung
limbah udang merupakan sisa dari pengolahan limbah udang yang terdiri atas
kulit dan kepala udang. Tepung limbah udang mengandung 32% protein kasar dan
mencapai 18% mineral, terutama kalsium.
4.2. Manfaat Protein Hewani
Sumber
pangan hewani yang mengandung protein hewani berfungsi untuk kecerdasan anak
terutama untuk anak “balita” atau bawah lima tahun. yang mulai populer setelah
muncul persoalan tentang peranan gizi terhadap kualitas generasi penerus
bangsa. Persoalan tersebut bukannya tanpa bukti. Salah satu bukti akan
kebenarannya dapat dilihat dari pengamatan Monckeberg (1971) tentang hubungan
antara tingkat konsumsi protein hewani pada anak-anak prasekolah dengan
frekuensi kejadian defisiensi mental secara keseluruhan, sebab faktor bakat
juga berperan dalam perwujudan seseorang. Informasi yang penting dari
pengamatan tersebut ialah bahwa konsumsi protein hewani yang rendah pada
anak-anak prasekolah dapat menyebabkan anak-anak yang berbakat normal menjadi
subnormal bahkan defisien .
Selain untuk kecerdasan, protein
hewani sangat dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Contoh yang menarik adalah
hasil pengamatan Shiraki (1972) yang membuktikan peranan protein hewani dalam
mencegah terjadinya anemia atau lesu darah pada orang –orang yang menggunakan
otot untuk kerja keras. Gejala anemi tersebut dikenal dengan istilah “sports
anemia”, dan dapat dicegah dengan konsumsi protein yang tinggi (Pengembangan Peternakan di Indonesia:
Model, Sistem, dan Perananya. Kata pengantar: vi-ix).
4.3. Tingkat Konsumsi Protein
Hewani Masyarakat Indonesia
Tingkat
konsumsi protein hewani masyarat Indonesia pada umumnya masih relatif rendah
dibandingkan dengan negara-negara lain. Berdasarkan analisis dari Pola Pangan
Harapan (PPH), tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan protein asal ternak
baru mencapai 5,1 g/kap/hr yang setara dengan konsumsi susu 7,5 kg/kap/th,
daging 7,7 kg/kap/th, dan telur 4,7 kg/kap/th (Dirjen Bina Produksi Peternakan,
2004). Tingkat konsumsi protein hasil ternak tersebut terhitung kecil dibanding
jumlah konsumsi protein (total nabati dan hewani) yang dianjurkan sebesar 46,2
g/kap/hr (Tranggono, 2004). Sebagai pembanding, konsumsi susu di Amerika,
Jepang dan beberapa negara Eropa sudah lebih dari 80 kg/kap/th. Konsumsi susu
beberapa negara ASEAN juga relatif tinggi, yaitu Philippina 18,8 kg/kap/th,
Malaysia 22,5 kg/kap/th, Thailand 28,0kg/kap/th dan Singapura 32 kg/kap/th
(Haryono, 2007).
Rekomendasi
dari Widya Karya Pangan (LIPI) mengatakan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan
rata-rata 50 gram protein/hari, 20% diantaranya bersal dari ternak dan ikan.
Direkomendasikan pula protein berasal dari ternak cukup 4gram/hari, ikan 6
gram/hari sedangkan nabati 40gram/hari. Namun sampai tahun 1986 konsumsi
protein berasal dari ternak baru mencapai 2,56 gram/hari. Mengapa angka
4gram/kapita/hari sulit dicapai?
Kesulitan mencapai standart kecukupan gizi
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Ø Mahalnya
harga pangan yang berasal dari ternak diukur dari rata-rata pendapatan sebagian
besar masyarakat Indonesia
Ø Tidak
meratanya tingkat ketersediaan daging, susu, dan telur di seluruh penjuru tanah
air
Ø Pengaruh
kemampuan produksi dalam negeri terhadap konsumen protein hewani
Ø Selera
selektif dari masyarakat Indonesia (tidak berdasarkan agama)
4.4. Akibat Kekurangan Protein
Hewani
Seperti dikutip dari Tabloid Agribisnis Dwimingguan
Agrina Inspirasi Agribisnis Indonesia, menurut Black (2003), defisiensi asam folat dan
vitamin B12 erat kaitannya dengan masalah kognitif pada usia anak dan lanjut
usia, tetapi masih sedikit diketahui pengaruhnya pada fungsi kognitif
anak-anak. Anak yang mengalami defisiensi vitamin B12 pada umumnya juga
mengalami anemia gizi. Kedua masalah ini akan memperparah gangguan
perkembangan atau kecerdasan anak.
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kecerdasan anak, terutama aspek motorik dan
kognitif, berkaitan erat dengan kecukupan zat gizi mikro terutama
gizimikro seperti zat besi, iodium vitamin B6, asam folat dan vitamin B12
yang banyak terdapat dalam pangan hewani seperti dibahas sebelumnya.
Penelitian Rogers dkk di Guatemala
terhadap 553 anak sekolah usia 8 sampai 12 tahun mengungkapkan terdapat 11 %
anak mempunyai plasma cobalamin yang rendah dan 22 % berada pada konsentrasi
cobalamin yang marginal. Anak sekolah yang mengalami defisisensi vitamin
B12 mempunyai waktu reaksi lebih rendah pada tes neuropsikososial terhadap
persepsi, memori dan pertimbangan/pemikiran, menghadapi masalah prestasi
akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami
defisiensi vitamin B12.
Penelitian di Kenya
menunjukkan bahwa masalah defisiensi vitamin B12 dikalangan anak sekolah dasar
adalah 80.7 %, dan dengan penelitian eksperimental pemberian menu makan dengan
lauk daging dan susu pada kegiatan makan bersama di sekolah dapat menurunkan masalah defisiensi
vitamin ini secara nyata serta meningkatkan daya memory anak.
Kasus yang ditemukan di
Georgia tahun 2001, menunjukkan bahwa anak yang diberi ASI oleh ibu vegetarian
didiagnosa mengalami defisiensi vitamin B12, menderita anemia macrocitic, dan
kerusakan sistem syaraf serta keterlambatan perkembangan mental (CDC, 2003).
Studi
observasi anak-anak yang defisiensi vitamin B12 dari ibu yang hanya
mengkonsumsi pangan nabati di Belanda mengalami hambatan perkembangan motorik
dan bahasa dibandingkan dengan bayi dari ibu yang mengkonsumsi pangan nabati
dan hewani. Pada usia 12 tahun, anak-anak dari ibu yang makan pangan
nabati mempunyai tingkat ‘methilmalonic acid’ lebih tinggi dan skor
lebih rendah pada penilaian kognitif (termasuk ‘Raven’s progressive matrices’,
Digit Span dan Block Design) dibandingkan anak-anak dari ibu yang mengkonsumsi
pangan nabati dan hewani.
Penelitian di Australia menunjukkan
terdapat pengaruh positif pemberian supelemen vitamin B12, vitamin B6 dan asam
folat terhadap kemampuan memori yang diukur melalui kecepatan pemerosesan,
kemampuan mengingat dan mengenal serta kemampuan verbal. Penelitian
Lewerin, et al (2005) pada kelompok lanjut usia di swedia, menunjukkan bahwa
plasma homosistein dan serum Methyl Malonic Acid (MMA) yang tinggi berkorelasi
terbalik dengan kemampuan kognitif dan motorik lansia.
Mekanisme peran vitamin B12
tersebut dalam tubuh adalah melalui peran penting vitamin B12 dalam metabolisme
asam lemak esensial untuk pemeliharaan myelin, penyediaan methyl yang
diperlukan pada reaksi-rekasi sistem syaraf, dan pembentukan sel darah
merah. Defisiensi vitamin B12 dalam waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
sistem syaraf yang tidak dapat diperbaiki dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian sel-sel syaraf.
Kolin sejenis vitamin B yang
banyak dijumpai dalam pangan hewani, nyaris terabaikan dalam berbagai buku teks
Ilmu Gizi sepuluh tahun yang lalu. Tetapi kini ia diakui oleh para ahli
di Institute of Medicine, USA sejak tahun 2001 menetapkan kolin
sebagai zat gizi esensial, artinya perlu dikonsumsi untuk hidup sehat.
Defisiensi kolin mengakibatkan gangguan memori dan peningkatan sensitifitas
tubuh pada zat karsiogenik. Selain itu defisiensi kolin juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol dan plasma homocysteine, yang meningkatkan
risiko menderita penyakit jantung koroner.
Telah
dibuktikan bahwa pemberian kolin dapat menurunkan kadar kolesterol
dan plasma homocysteine. Kolin berperan dalam kekokohan struktur dan
selaput sel, dalam melancarkan metabolisme dan pembuangan lemak dan
kolesterol, serta melancarkan fungsi hati. Kolin juga
bermanfaat dalam pengendalian mood, mengoptimalkan kerja sel-sel saraf dan
daya ingat.
4.5. Peranan Ternak sebagai Sumber Pangan Hewani
Berdasarkan
Komoditi peternakan dikenal sebagai komoditi yang memiliki banyak manfaat.
Produk utama ternak (daging, susu dan telur) merupakan sumber bahan pangan yang
bergizi tinggi dan dikonsumsi anggota rumah tangga. Ternak berperan penting
dalam program ketahanan pangan rumah tangga petani, terutama bagi petani ternak
di pedesaan. Sebagian ternak juga menghasilkan tenaga yang dapat digunakan
dalam mengolah lahan pertanian.
Ternak juga berperan sebagai sumber uang tunai, sebagai
sumber pendapatan dan sebagai salah satu bentuk investasi (tabungan hidup) yang
dapat diuangkan sewaktu dibutuhkan. Ternak juga bermanfaat dalam kegiatan
keagamaan: misalnya pelaksanaan ibadah qurban tentu juga membutuhkan ternak
sapi, domba ataupun kambing. Ternak lokal tersebut tidak hanya pemilikannya
yang tersebar luas di tangan petani pedesaan, juga telah berperan penting dalam
masa krisis ekonomi. (Nurhafid, S.Pt. disunting dari berbagai sumber)
BAB
V
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa protein hewani sangat penting
perananya bagi kehidupan manusia diantaranya bermanfaat bagi peningkatan
kecerdasan anak, selain bermanfaat sebagai sumber pangan protein hewani juga
dibutuhkan untuk daya tahan tubuh. Berdasarkan pengamatan Shiraki (1972) yang
membuktikan peranan protein hewani dalam mencegah terjadinya anemi, protein
hewani disini diduga berperan terhadap daya tahan eritrosit sehinnga tidak
mudah pecah serta berperan dalam mempercepat regenerasi eritrosit.
DAFTAR PUSTAKA
S.
Hardjosworo, P. dan M.Levine, Joel.1987. Peternakan di Indonesia Model, Sistem,
dan Peranannya. Buku Obor : Jakarta.
Lesson,
S. and J.D.Summers. 2001. Nutrision of the Chiken. Forth Ed. University Books,
Guelph, Ontario, Canada.
NRC.
1984. Nutrient Requirement of Poultry. Eight Resived Ed. National Academy Press,
Washington, Dc.
Scottt,
M.L., M.C.Nesheim and R.J.Young. 1982. Nutrition of Chiken. M.L.Scott and
Associates, Ithaca, New York.
Rizal,
Yose. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press. Padang.
0 komentar:
Posting Komentar